The blogger does not has any responsibility with the content. Diberdayakan oleh Blogger.

Jokowi, Walikota Solo Pecinta Napalm Death

Jokowi adalah Solo hari ini. Ia membangun jalur pedestrian sepanjang 5,6 kilometer di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi, jalan protokol di Kota Solo, Jawa Tengah. Citywalk bagi pejalan kaki itu sejajar dengan jalur untuk kendaraan bermotor, sepeda dan becak, dan rel kereta api. Namun, Jokowi juga adalah masa lalu sekaligus masa depan. Di rel kereta api tersebut, masih melintas setiap hari kereta api feeder jurusan Solo-Wonogiri. Sejak September 2009, sebuah kereta api uap menggenapi suasana kuno itu, beroperasi Sabtu-Minggu untuk pariwisata. Sepur Kluthuk Jaladara, demikian ia menamai kereta api berloko uap tipe C.12.18 bikinan Jerman pada 1896 dengan dua gerbong jenis CR 144 dan CR 16 tersebut. Inilah satu-satunya kereta api kuno berloko uap di Indonesia, bahkan di dunia, yang beroperasi membelah pusat kota. Berbahan bakar kayu jati pula. Sekali jalan, Sepur Kluthuk menghabiskan bahan bakar 4-6 meter kubik kayu jati dan 500 kiloliter air senilai Rp 3,2 juta. Jokowi memboyong heritage ini dari Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Puluhan tahun lalu, kereta api berkapasitas 72 penumpang itu dioperasikan untuk trayek Stasiun Amba-rawa-Stasiun Jambu. ”Inilah salah satu wajah dari tagline kota: ‘Solo masa depan adalah Solo masa lalu’. KA Feeder Solo–Wonogiri dan Sepur Kluthuk Jaladara adalah simbol masa silam. Perte-ngahan Februari, kami pre-launch Railbus, sebuah kereta api commuter dalam dan antarkota, sebagai simbol masa depan,” kata Jokowi. Seluruh moda transportasi kereta api ini melintasi rel peninggalan Nederlandsch Indi Spoor Maatschappig (NIS) pada 1923, yang berada di Jalur Lintas Raya yang terhubung sampai Jakarta. Sebagai langkah awal, Jokowi membongkar rel dalam kota yang terpendam aspal jalan dan bangunan – baik di dalam kota maupun sayap-sayap kota. ”Kami berharap Railbus tidak hanya beroperasi di Solo. Pada 2010, semoga Railbus terkoneksi dengan Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Klaten dan Boyolali,” seru suami Iriana, dan ayah dari Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep ini. Railbus juga membuka akses Bandara Internasional Adi Soemarmo. Menurut Jokowi, sistem transportasi publik yang terpadu adalah jawaban atas sebagian masalah terbesar manusia. Namun, bukan untuk hari ini saja, melainkan untuk dekade-dekade berikutnya. ”Sejak Desember 2010, kami meluncurkan pula Solo Batik Trans, dan pada Februari ini pula kami menyusulkan Bus Tingkat, bus yang berjalan lebih pelan lagi dan enak ditumpangi sambil menikmati suasana Solo yang alon-alon waton kelakon (pelan tapi pasti),” jelas Jokowi. Solo lagi-lagi menjadi proyek percontohan ketika Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono meresmikan kerja sama kota ini dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. ”Solo dan Yogyakarta menjadi yang pertama di Indonesia yang menerapkan Sistem Terpadu Tiket Transportasi. Cukup dengan Smart Card yang bisa diisi ulang, penumpang dapat memanfaatkan Solo Batik Trans, Yogya Trans, dan Kereta Api Prambanan Ekspress jurusan Solo–Yogyakarta. Terhubung pula dengan Bandara Internasional Adi Sucipto via underpass dari Stasiun Maguwo,” ujar Jokowi. Smart Card terbagi atas Reguler Trip Card untuk berbagai jurusan dalam kurun tertentu sesuai deposit yang tersedia, Single Trip Card untuk sekali jalan, dan Student Trip Card khusus untuk pelajar. ”Kami ingin mendidik para pelajar untuk memanfaatkan moda transportasi umum sedini mungkin. Dalam waktu dekat, kami canangkan gerakan Bike to School. Menyusul kemudian, Bike to Work.” Kebijakan Jokowi ini layak ditiru oleh para pemimpin di kota-kota lain. Selain untuk mengantisipasi kemacetan 30-50 tahun ke depan, forester lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1985 ini mempertimbangkan masa depan lingkungan hidup. ”Kota yang sehat adalah kota yang memberi fasilitas sebesar-besarnya bagi pejalan kaki dan pesepeda. Kota ini penuh dengan program-program ramah lingkungan, termasuk non-motorized policy yang sedang kami matangkan konsepnya,” tutur Jokowi. Walikota berlatar belakang pengusaha mebel ini memastikan, ia tidak akan menyediakan fasilitas parkir di tengah kota untuk motor dan mobil. Sebaliknya, ia akan menyediakan sepeda gratis di sejumlah titik. ”Dilengkapi GPS (Global Positioning System), sepeda itu tidak akan hilang. Saya akan dorong orang-orang untuk bersepeda. Dimulai dari siswa-siswi ke sekolah dilarang naik motor, apalagi mobil,” cetus Jokowi. Ia telah memulainya dengan mengadakan Car Free Day di Jalan Slamet Riyadi, Minggu pagi. Siapa pun bebas berjalan dan bersepeda di jalan protokol. Bekerja sama dengan Cities Development Innitiative for Asia (CDIA) dan German Technical Cooperation (GTZ), Jokowi memiliki visi bahwa kemacetan tidak untuk diatasi hari ini juga, namun untuk diantisipasi sejak hari ini. Sejak awal, ia juga menolak jalan layang di dalam kota. Secara pribadi Jokowi kurang sreg dengan Jalan Tol Solo–Semarang, juga jalan-jalan tol lainnya di Pulau Jawa. ”Dinamika masyarakat jalan tol akan sangat cepat, bisa berdampak negatif bagi Solo. Selain itu, Pulau Jawa sebenarnya tidak cocok untuk jalan tol karena tanahnya yang subur selayaknya untuk kepentingan agraria,” kata Jokowi, ”Saya lebih setuju jika kita memaksimalkan kereta api.” “Rolling Stone Indonesia Edisi 72″

0 komentar:

Posting Komentar